Langkah kaki terseret
menjauhi kerumunan manusia yang sedang bersukacita di malam purnama yang kedua,
menuju arah pulang meraih kedamaian di gubug kehidupan yang sebenar-benarnya.Sepi menyeliputi diri meski sesekali jengkerik
menemani dengan jeritannya serta kodok mengolok-olok lajunya pembangunan yang
juga mengerbankan orang lain.
Di tikungan dekat kolam ikan yang terbentang
menganga, terasa sesuatu menanti dengan tatapan tajam penuh dendam. Langkah semakin dipercepat sembari mengendalikan
jantung yang berdetak semakin kencang dan tidak beraturan, sementara mata nanar
menghadapi kenyataan yang jauh dari harapan.
Tapi takkdir berkehendak lain, sesuatu yang
ditakuti telah menanti menjemput janji yang terucap meski tanpa hati nurani.
Mengulurkan belalai kelicikannya menjilat punggung tanganku dan memperlihatkan
seringai gigi gigi tajam yang siap merobek isi perutku dengan sekali serangan
saja.
Terpaksa malam itu kubunuh malu ku dan kubayar
cicilan utangku pada rentenir kesayanganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar