Beranda

Laman

Kamis, 29 Agustus 2013

*** Menikah atau Hidup Bersama ***

Dua individu yang bertemu dalam satu kesempatan baik disengaja atau tidak ternyata menumbuhkan sebuah rasa yang bersemi untuk selalu saling mengerti dan sulit melupakan sosok masing – masing seolah menempel erat dipelupuk mata dan mengganggu hari – hari yang biasanya di jalani sendiri. Sebuah proses alami sedang terjadi, molekul- molekul dalam tubuh bergerak dan merangsang syaraf naluri sebagai mahluk sosial untuk selalu berbagi.

Jatuh cinta pada pandangan pertama…. Wow betapa indahnya atau cinta bersemi semester akhir alias CBSA adalah metode lain yang menjadi istilah ngetren di dunia remaja kita, dan banyak lagi istilah – istilah dalam dunia romantisme dua insan yang dibuai asmara. Terkadang batasan agama menjadi semu karena terkalahkan oleh kuatnya hawa nafsu.. tapi saat ini bukan itu yang membuat jemari untuk menari diatas keyboard laptop ini, yang terlintas adalah tentang fenomena perkawinan..

Kenapa sih?….. kok perkawinan?
Yang menggelitik adalah kenyataan yang dapat dengan mudah dilihat dengan kasat mata dimana pasangan suami istri yang telah menikah dan dikaruniai beberapa anak yang lucu harus terpenjara dalam dunia kerja masing – masing demi mengejar sebuah sebutan sukses yang ternyata sukses dalam karier masing-masing… bukan sukses bersama.
Padahal cerita awal yang mengisahkan romantisme akan mencapai puncak kata sepakat yang diatur negara dan dianjurkan oleh agama adalah dengan melakukan prosesi pernikahan dan dimulailah melaksanakan apa yang dinamakan hidup bersama sebagai sepasang suami istri. Menikah adalah perintah agama karena memiliki berbagai hikmah dan merupakan jalan dalam menyempurnakan ibadah. Menikah juga adalah sebagai cara ideal dalam mengemban tugas sebagai rantai panjang regenerasi bagi khalifah di muka bumi ini dan berbagai manfaat lain yang akan diurai pada posting di kemudian hari.
Menikah adalah hidup bersama, tetapi hidup bersama belum tentu menikah…. Seperti kumpul kebo atau samen leven.. hidup bersama tanpa ikatan, yang akan mengakibatkan kerugian besar terutama bagi pihak perempuan dan ketidakjelasan status anak yang dilahirkan, banyak juga istilah lain yang seolah melakukan pernikahan padahal hanya untuk melegalkan saja praktek – praktek mengumbar nafsu.
Nah ternyata setelah beberapa saat menikah, mereguk nikmatnya bulan madu maka pasangan muda tersebut kembali kepada rutinitas pekerjaan dan karier ataupun hanya pihak laki-laki saja yang bekerja dan perempuan menjadi profesi terhormat sebagai ibu rumah tangga. Proses tersebut makin hari semakin menjadi rutinitas apalagi manakala keduanya bekerja… dan apa yang terjadi ???……. kebersamaan antara keduanya dan anak-anak tercinta adalah sisa-sisa dari waktu di pekerjaan yang tak kunjung habisnya, kebersamaan pasangan antara suami dan istripun habis tersita karena masing-masing tenggelam dalam kesibukan kariernya dengan seribu alasan pembenar seperti untuk mendapat penghasilan yang layak, untuk masa depan anak-anak dan berbagai alasan lain…
Jadi dimana makna kebersamaannya?… biasanya pihak suami memiliki ego yang lebih tinggi sehingga begitu berambisi mengejar karier dalam pekerjaan atau dalam usaha yang dirintisnya dan biasanya seorang istri dalam posisi mengalah karena nurani seorang ibu tetap terpatri dalam sanubarinya meskipun kesempatan karier terbentang di depan mata…., disini diperlukan kelegawaan dan kebijaksanaan seorang suami agar bisa mengatur ritme kehidupan dan berusaha mewujudkan suatu keseimbangan antara keberhasilan dalam berkarier dan keindahan harmonisasi serta kedamaian dalam keluarga bersama anak dan istri tercinta.
Jangan sampai sang suami bekeras untuk mengejar ambisi keberhasilan sehingga tak ada waktu untuk anak dan istri dan pada saat keberhasilan usaha atau karier telah dicapai ternyata “rasa kebersamaan” telah menghilang terhapus waktu yang menggerus kesabaran. Sang anak tidak akrab dengan ayahnya karena sangat jarang bercengkrama atau sekedar bersua, sang ayah tiba dirumah pada saat anak istri terlelap dan meskipun ada di rumah tetapi konsentrasinya untuk hal lain yang berhubungan dengan usaha dan kariernya……….

Sangat disayangkan,
maka :
Marilah wahai para pasangan yang telah berikrar suci untuk hidup bersama dalam ikatan keluarga untuk membagi waktu yang tersita oleh pengejaran karier dan usaha untuk berinvestasi dan meluangkan sebagian waktu menuju konsep hidup bersama yang hakiki.
Wahai para suami, tolong beri ruang dalam egoismu yang seakan keberhasilan karier dan usaha adalah candu mematikan yang akan menjerat dirimu manakala tidak ada waktu yang kau persembahkan bagi anak dan istrimu dalam jalinan hari-hari yang padat dalam kariermu.
Begitupun wahai para istri wanita karier, hela lah nafas sejenak, kendurkan kesibukanmu dan ingatlah kepada konsep hakiki seorang ibu yang menjadi penentu masa depan anakmu… bagilah waktu dengan segala upaya dan dayamu.
Segeralah lakukan me-manage waktu demi anak istrimu, suamimu dan keindahan ikatan keluargamu….
Temanku,…… ini bukan sembarang untaian kata, tetapi sebuah rasa peduli yang berlaku bagi diri sendiri dan siapapun yang telah mengikat ikrar suci untuk hidup bersama dalam jalinan keluarga melalui gerbang pernikahan dan berniat memaknai betapa pernikahan dan hidup bersama adalah sebuah satu kesatuan….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar