Jumat, 09 September 2016

Special drink at the Night


Siang yang terik membara di bilangan Jakarta pusat terasa begitu menyiksa raga. Bukan tidak bisa ngadem di dalam lobby hotel yang full AC tetapi harus bolak balik membawa berkas dari mobil dinas bupati kembali ke lantai 4 hotel Sahid yang digunakan untuk rapat terbatas Pak Bupati. Sopir sebetulnya bisa saja diberdayakan, akan tetapi urusan berkas pasti tidak terlalu paham. Ntar salah ngambil khan berabe. Bisa disemprot luar dalam sama bupati. Mungkin juga bahasa kebun binatang berhamburan menyentil perasaan. Akhirnya lebih baik bersimbah keringat karena bolak balik ke area parkir terbuka yang letaknya lumayan jauh dari hotel lalu kembali ke lantai 4 dan hampir 5 kali bolak balik, aggap aja olahraga siang.
ini sih Camri Facelift 2015... indonesiaautosblog-com

Seiring adzan asyar berkumandang, rapatpun berakhir. Bapak Bupati telah duduk bersandar di jok belakang  Camry hitam. “Ayo kita pulang ke Bandung, langsung ke Hotel Sheraton ya Pak Carda” Pak Bupati bersabda. “Siap pak!” sang sopir setia menjawab tegas sambil mata tetap fokus pada kemudi dan kondisi lalu lintas di depannya. Diriku duduk di depan disamping kiri sopir, diam tetapi waspada.

Satu hal yang menjadi aturan tidak tertulis dengan bapak bupati adalah seminimal mungkin membuka percakapan kecuali laporan darurat. Namun kalau ditanya oleh Bupati maka harus menguasainya secara komprehensif atau rumus 5W 1Hnya musti terpenuhi. Karena bupatiku ini termasuk golongan perfeksionis, sagala kudu sampurna. Sering terngiang doktrinnya, “Meski kamu bukan malaikat, tetapi harus mengerjakan hal dengan sempurna!!!”

Selama perjalanan hampir tiada percakapan berarti, camry melaju membelah kota Jakarta menuju bandung kota tercinta. Mungkin beliau lelah dengan aktifitas meeting hari ini sehingga tertidur nyenyak, indikatornya adalah dengkuran yang teratur serta tidak ada pertanyaan-pertanyaan mendadak. Diriku ingin ikut memejamkan mata barang sesaat, tetapi khawatir beliau terbangun dan bisa berabe jika mendadak bertanya disaat sedang terbuai mimpi. Akhirnya coba menahan kantuk dengan menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Sesekali membuka handphone dinas untuk megecek sms masuk. belum seperti sekarang yang serba canggih, saat itu baru sms dan  telepon saja yang menjadi sarana penting berkomunikasi dengan handphone.

Perjalanan ke bandung sekitar 1,5 jam lagi, segera sms kepada pak Usman Kabag Umum untuk koordinasi kaitan rencana rapat malam ini di hotel Sheraton Bandung. Seperti biasa jawaban singkat tapi padat segera terhampar di layar handphone ini, ‘-giat Sheraton Bandung/19.00sd-/Rapat terbatas Mr JP Sharch/Pra MOU irigasi/Batik/OPD disLH disBM Bappeda BagHukum/udk-‘. Langsung faham dan siap menjawab pertanyaan bupati jika sudah terbangun.

Eh ternyata hanya berselang 3 menit, terdengar suara berat dari kursi belakang, “Nanti di Sheraton pakaiannya apa?, mulai jam berapa?, siapa aja SKPD yang mendampingi?” Langsung ku sambar jawaban lengkap, “Pakaian Batik, rencana on time 19.00 sampai selesai, Kepala Dinas Lingkungan hidup, Bina marga dan Kabag Hukum telah siap mendampingi!”  dengan perasaan senang karena menjawab dengan legkap. “Batik lengan panjang atau pendek?” Bapak Bupati kembali bertanya. “Euh euh belum tau pak, ijin dikordinasikan dulu pak” Diriku menjawab agak kedodoran. “Yang bener dong kalau koordinasi itu, harus lengkap dan akurat, jangan sepotong-sepotongg!!!” terdengar bentakan yang memenuhi kabin Camry. Di ujung mata kanan terlihat sopir senyum-senyum liat diriku terkena bentakan. Sial benar nasib ini. Sms ke Kabag umum tak kunjung menerima balasan, diriku terdiam di jok depan yang terasa semakin menyusut bak pesakitan.

15 menit kemudian, sms masuk dan tertulis, ‘-Batik boleh panjang atau pendek-‘ sesaat menoleh ke jok belakang untuk melaporkan hasil koordinasi, tenyata pak bupati telah terlelap kembali. Ya sudah gimana nanti aja deh.

Waktu terus berlalu, hingga Camry memasuki pelataran hotel Sheraton di bilangan Dago Kota Bandung tepat di  jam 18.15 wib. “Tolong Batik saya bawa ke kamar dulu” Bupati memberi komando dan sang sopir mengangguk. Diriku langsung mencari Kabag umum dan Kepala Dinas Lingkungan hidup berkaitan dengan bahan yang akan dipegang serta dibaca oleh Bapak Bupati pada saat rapat nanti. Tapi jawaban pak kadis agak mencengangkan, “Tidak ada bahan pa Ajudan, tapi bapak bupati sudah memahami esensi materi pertemuan ini kok” Jawaban Pak Kadis agak membingungkan, tidak biasanya nggak ada materi. Tapi ya sudah kalau kenyataannya begitu. “Siap-siap kena semprot nich” suara bete dalam hati.

Sambil menunggu kesiapan pa Bupati, diriku sholat magrib di mushola hotel dan survey ke lokasi meeting nanti malam. Ternyata posisinya di cafe & longue dan disetting informal, ada meja besar yang mungkin disiapkan untuk rapat, tapi lampunya agak temaram. Agak was was juga, tapi semoga memang begitu konsepnya. Tepat jam tujuh malam, diriku ditemani Pak Kabag Umum dan Kadis Lingkungan hidup mengetuk pintu kamar pak Bupati dan berselang beberapa menit pintu terbuka. Beliau sudah menggunakan batik lengan panjang coklat tua yang elegan. “Apa kabar pa Kadis?” Beliau menyapa dan bersalaman dengan kedua pejabat tersebut. Diriku nggak disalamin, ya iya lah ngapain seharian ditemenin tapi disalamin, aneh aneh aja.

Bergegas menuju ruang pertemuan dengan menggunakan tangga semi lingkaran, melewati lobby yang cukup megah dan berbelok ke kiri menuruni tangga lagi memasuki Cafe & bar yang dimaksud. Didepan cafe terlihat tulisan, ‘Meeting Mr JP Sharch’. Disaat memasuki cafe, suasana agak redup dan terdengar alunan musik jazz yang cukup enak di dengar. Lalu terlihat tubuh jangkung beruban mr JP Sharch menyambut pak bupati, saling bersalaman dan terlihat seperti kawan lama.  Mereka duduk mengelilingi meja besar yang telah tersedia. Diriku da sopir serta staf bagian umum mengambil meja agak menjauh tapi tetap bisa mengamati keberadaan pak Bupati. Siapa tahu mendadak dipanggil oleh Bupati.

Ternyata nyaman juga rapat eh meeting di cafe, dan ternyata baru tahu bahwa selain beberapa hal formal yang dibicarakan. Hari ini tepatnya ulang tahun Mr JP Sharch yang ke 59 tahun. Sehingga cafe & bar ini di booking semua termasuk makanan dan minuman, asyik khan?.. maka kesempatan ini tidak disia-siakan. Segera pesan pizza, lasagna, beef cordon bleu, risotto dan croisann. Satu meja berempat seakan private party, sambil tetap wajah sesekali memperhatikan bapak bupati yang sedang meeting.
Sedang asyik menikmati hidangan, terdengar suara merdu, “What do you want to drink sir?” sesaat terpana dengan parasnya yang cantik dan semampai, sambil segera menguasai diri menjawab dengan tegas, “I want a spesial drink at the night”, “Oke sir, please wait any minute” diriku tersenyum lega karena bisa menjawab dengan bahasa inggris yang segitu-gitunya, maklum udah jarang dipakai tuh bahasa asing. Kalau sopir, Ronni dan pak Amung pasti jawabnya standar, “Kopi item aja 3 mbak” Waitress cantuk itu mengangguk dan undur diri. “wuih cantiknya” gumam pa amung dan Ronni staf bagian umum. Kami berampat tertawa.

Cafe & bar ini semakin ramai yang datang dan hampir semuanya berdandan formal serta rapih, mereka menemui Mr JP Sharch selanjutnya duduk di meja-meja yang telah tersedia. Lima belas menit kemudian, waitress cantik itu datang kembali. Membawa nampan perak yang gemerlap di timpa cahaya lampu. Senyumnya ngangenin, ditambah aroma kopi asli yang menggoda selera. “Ini kopinya pak, Brazilia robusta, gula terpisah” sambil disodorkan kepada rekan-rekan. Lalu waitress itu mengambil gelas bening kecil berisi juga cairan bening, “This is special drink sir, bon appetite” “Thank you” diriku menjawab dengan sedikit heran, “Sedikit amat ya? Mendingan pesen kopi”. Tapi ya sudah, siapa tau memang enak. Pas mau minum agak bingung, “Nich minumnya dikit-dikit atau langsung bablas diabisin sekali sruput?” Biar nggak keliatan kampungan dan seperti udah biasa, coba melirik ke kanan dan ke kiri, terlihat tamu lainnya langsung meminum satu gelas itu sekali angkat. “Oh gitu toh caranya”, tanpa banyak berfikir, gelas kecil itu segera dipegang dan diminum karena memang sudah kehausan dari tadi.
Pavillon blanc du chateau margaux

Terasa ada keharuman lembut menyapa hidung pada saat meneguk cairan bening di gelas itu. Rasa hangat menjalar di tenggorokan, nikmat sekali rasanya. Sesaat terdiam merasakan pengalaman baru ini sambil tetap tersenyum dengan sopir dan rekan se meja. Lima menit berselang masih ngobrol dengan ceria dan nyaman karena ditemani live musik jazz yang lembut menggoda, tetapi pas mencoba menoleh ke arah meja pak Bupati, “Kenapa pandangan terasa buram?”  mata dicoba dipicingkan tetapi tetap tidak jelas. Menoleh ke pa Carda sang sopir yang ada dihadapanpun wajahnya tidak jelas, lalu seisi ruangan semakin meredup dan... brukk... semua terasa gelap.

.........

Perlahan kubuka kelopak mata yag begitu ketat saling menempel, cahaya sang surya langsung menyergap memberikan sekilas benderang dan memaksa memicingkan kembali mata perlahan. Terasa kepala berputar, rasa pusing dan mual menghantam tanpa ampun. Sambil mencoba duduk, membuka mata dengan tertunduk. “Eh ada dimana ini?” bingung menyelimuti diri. Karena lupa, apa yang terakhir dilakukan. Mencoba berkonsentrasi dan berdoa agar rasa lunglai ini hilang. Tetapi malah terasa semakin pusing. Tiba-tiba pintu kamar terbuka... kreeek!!.. “Eh udah bangun pak Ajudan, kenapa masuk angin ya pak?” terdengar suara akrab pak Carda sang sopir setia. “Pagi pak, haduh pusing sekali. Apa yang terjadi tadi malam?, serasa nyata dan mimpi dan tiba-tiba ada disini” diriku menjawab sambil mulai sadar bahwa sekarang berada di kamar khusus untuk ajudan yang berada di rumah pribadi pak bupati, masih di bilangan bandung utara.

“Lah kok nanya saya, justru saya yang mau nanya, sampeyan kenapa tadi malam?”, sergah pak Carda dengan wajah aneh. “tadi malammm... serasa mimpi, ngobrol-ngobrol sama pa Carda dan selalu tertawa serta hepi.. tapi serasa nggak nyata pak” Diriku jawab seadanya. “Berarti nggak inget pas dipapah sama satpam menuju mobil yach?” “Nggak pak”, “Tadi malem pak ajudan ngeluh pusing pas di cafe, minta diantar ke mobil. Ya di papah dibantu oleh satpam karena jalannya sempoyongan.  Masuk mobil dan terlihat tertidur. Nah trus pak bupati selesai meeting lalu masuk mobil dan pulang” Pak Carda menjelaskan. “Gawat, pas liat kondisi aku. Gimana respon beliau?” “Pak bupati nanya dan saya jawab aja pak Ajudan masuk angin dan kecapean, beliau hanya ngangguk dan nyuruh dibantu aja sampai masuk ke kamar tidur.” Aku termangu, “Tumben beliau nggak marah liat ajudan tumbeng, rejeki juga nich. Trus di kamar diriku langsung tidur?”

“Ya enggaklah, kita ngobrol ngaler ngidul dan ketawa-ketawa. Pa ajudan keliatan hepi sekali, selalu tertawa lebar. Padahal kita bicara tentang hal-hal yang biasa. Disitu saya merasa bingung. Lalu bruk aja telungkup dan mendengkur. Ya langsung di tinggal aja, karena saya juga ngantuk” Pak Carda menjelaskan panjang lebar. Diriku termenung karena tidak ingat tadi malam ngobrol panjang lebar dengan sang sopir.

Setelah itu selama 3 hari, badan panas dingin, lemas dan terkadang mual. Untungnya tugas ajudan pas jadwalnya giliran dengan Iyus, sang ajudan satu lagi. Jadi bisa leluasa periksa ke dokter. Hasil diagnosis dokter hanya masuk angin dan kecapean serta harus istirahat total.  

Hampir sebulan setelah kejadian itu, masih tersisa tanda tanya besar, “Kenapa bisa ambruk begitu, padahal sudah terbiasa dengan ritme kerja yang memang padat dan berat? Jangan-jangan pengaruh dari minuman yang di pesan di cafe & bar waktu di sheraton hotel?” muncul rasa penasaran. Hingga berencana kalau ada kesempatan mau mampir ke cafe & bar tersebut.

.........

Tepat 2 bulan kemudian, ada waktu luang karena bebas tugas. Sore hari setelah mengantar bapak bupati ke rumah pribadinya dan berganti tugas dengan Iyus ajudan satu lagi. Diriku menuju cafe & bar tersebut menggunakan motor supra kesayanganku. Sekitar 30 menit sampai juga di tempat yang dituju. Masuk dengan pede nya dan mencari tempat duduk, sambil meminta daftar menu menikmati alunan musik yang melembutkan jiwa menenangkan bathin untuk sesaat.

“Ini daftar menunya mas” suara waitress pria dengan ramah menyodorkan daftar menu. “Terima kasih mas, oh ya sekalian mau tanya klo spesial drink itu tiap malam ganti-ganti atau tetap?” tanya diriku. “Itu berganti-ganti mas, mau coba spesial drink malam ini?, Château Haut Brion 2009?” dengan ramah sang waitress menawarkan, refleks kepala ini menggelengkan tanda tak mau. “Mas, kalau 2 bulan lalu tepatnya tanggal 12 tuh, spesial drinknya apa yach?, dan berapa harganya?” “Sebentar mas, saya cek dulu yach” Waitress pamit dengan tak lupa senyum ramah tetap terjaga dan pesanan malam ini hanya sirloin steak plus avocado juice.
Bellassimo moscato white wine, bobobobo-com

Tak lama berselang, pesanan sudah terhidang dengan tampilan yang elegan. Dengan iringan musik yang lembut terasa sisi romantisme di cafe & bar ini. Sayang masih jomlo, jadi menikmati ksendirian karena penasaran dengan yang diminum 2 bulan lalu. “Pesanannya sudah keluar semua mas, selamat menikmati. By the way untuk special drink tanggal 12 di dua bulan lalu itu white wine mas, Pavillon Blanc du Chateau Margaux, kisaran harga 4,5 Juta per botol”. 

“Oke, thx mas” diriku menjawab dengan lugas, padahal hati bergemuruh dan bicara lantang dalam hati, “Busyet dah, gaji pegawai negeri sebulan juga blom nyampe, parah nich barang, untung aja dulu ditraktir, klo musti bayar khan berabe.” Akhirnya rasa penasaranpun terbayar meski harus rela duit seperempat juta untuk sepotong steak & avocado juice. 
sumber : indratno-wordpress-com

Semenjak itu si diriku berusaha menghindari yang namanya ‘Special drink’ di cafe & bar. Biarlah disebut kampungan, tapi bisa sangat bahagia dengan menyeruput bandrek panas atau kopi panas ditemani kulub hui boled & pisang (ubi kukus; b.sunda) yang tentunya di saung yang alami berteman sepoi angin yang penuh kedamaian.


Edisi Romatismeadc/GajahEnam 090916




Tidak ada komentar:

Posting Komentar