Kamis, 31 Januari 2013

Menggugah Syukur

Knapa muncul rasa terpenjara?
Knapa menjadi rasa tersiksa?
Bukankah dirimu penyabar yang perkasa?

Jangan hancurkan semua pengorbanan 

karena godaan kecil kehampaan 
yang selalu menghampiri dengan senyuman.

Jangan korbankan tahunan waktu bersama

yang terjalin nyaris sempurna musnah karena egoisme semata.

Jangan hilangkan kepercayaannya selama ini 

untuk selalu bersandar dan menggantungkan diri padamu 
hanya karena melihat orang lain hidup normal dan 'mungkin' bahagia?

Jangan memvonis diri untuk sebuah kesalahan masa lalu 

yang seolah menghantui karena pintu maaf itu beraneka rupa.

Jangan memojokkan diri menjadi sebuah ketidakadilan 

dalam kehidupan padahal anugerah Tuhan begitu mudah diberikan.

Manusiawi kalau muncul rasa bosan
Dimaklumi kalau merasa diberi sebuah beban atau cobaan

Tapi ingat...

Kunci sebetulnya sudah paham
Sering terngiang dan selalu terucapkan,
Namun betapa berat manakala harus dilaksanakan

Yakinkan Allah punya rahasia jawaban yang terbaik, 

tinggal kuatkah hambanya menjalaninya?.

Sabar dan ikhlas terngiang kembali, banyak bersyukur adalah obat yang pasti.

 let's do it again.

Kejujuran bertajuk pilu



Secercah belenggu mengulum semu
Terurai berpadu bentuk harmoni pilu
Santun beralih menuai badai kesukaran
Rela menapak merajut jalinan kebencian

Jangkauan raga merebak ditebar sukma
Raga berkelit memilih makna yang terbuka
Prasangka berbalik arah tanpa rencana
Berulah maju satukan batin dalam luka

Kejujuran tak cukup tunjukan sikap setia
Kejujuran mengoyak kasih suci yang terlena
Kejujuran mengubah nurani menjadi benci
Kejujuran musnahkan harap diam terpatri

Mengapa kejujuran menjadi pangkal kebencian?
Mengapa kejujuran membentuk kehancuran?
Mengapa kejujuran ?
Mengapa ……………… ?

Barangkali meniti silaturahmi bukan itu yang berbunyi
Biarlah kejujuran mendapat tempat di setiap bingkai insani
Simpanlah kejujuran untuk melihat lagi mentari dilain hari
Karena (mungkin) waktu ini…
Bukan saatnya kejujuran membuka diri
Tapi nurani yakinlah …. Kejujuran adalah pintu kebahagiaan.

Rabu, 30 Januari 2013

TATAPAN RASA

Menatap jalan perjuangan hampir usai
Menyentuh ilmu penentu di jalinan waktu
Menggugah diri berakar hakikat nurani
Meraih harap yang terbentang diam berseri

Mengapa diakhir perjuangan sesuatu mengganjal?
Mengapa diujung peluh kemauan muncul keinginan?
Mengapa janji terkikis suasana keindahan duniawi?
Mengapa bayang bersuka menyentuh wajah nan asri?

Haruskah kuberikan sisa waktu ini untuknya?
Mestikah kutelan air liur kepastian yang telah menyatu dengan alam
Diserabut kebimbangan semu?

Haruskah?

Satu rasa membelenggu nuraniku
Merajut janji di lain hari, meski awan tetap bersemi
Semisal angin meraih mimpi
Waktu dan tanah melapis kasih
Menjadi satir bergema risi

Kusadari…. Ini bukan akhir perjuangan
Tapi awal yang singkat untuk memahami kehidupan
Membuka perjuangan yang sebenarnya
Penentu jiwa untuk Berjaya di masanya

Biarkan rasa ini menjadi penghias jalinan jiwa
Yang kaya dengan sedih, suka dan rasa …. Inikah cinta?.

Senin, 14 Januari 2013

Hari Ke 31


Hari ke 31, Minggu 13 Januari 2013

Minggu pagi kelima di RSHS harus terbangun dari sofa coklat yang begitu akrab sebulan terakhir ini, shalat shubuh dan kembali menuju sofa coklat untuk melanjutkan mimpi yang tadi malam dirajut dalam kegelisahan. Sebelum mimpi berlanjut, mata terganggu oleh seseorang yang masuk ke kamar 406, memandang nanar kepada petugas pantry yang setia menyerahkan nampan untuk makan pagi berisi bihun goreng ala griya nutrisi.

Ternyata rasa bosan telah begitu kental menyelimuti indra perasa dn indera pengecap, jangankan pasien,penunggu pun tidak bisa menghabiskan menu yang tersaji sehingga tersisa termangu untuk dibersihkan oleh pantry lainnya seiring masuknya petugas kebersihan dengan peralatan lengkap tersandang ditangannya.
Siang hari adik ipar datang dengan dua gelas air rebusan daun duren dan daun sirsak, pakcoy dan capcay untuk pasien dan nasi ayam bakar komplit bagi penunggu, begitu menggugah selera sehingga kami langsung menyantap bersama dengan lahap semua sajian ini yang berupa buah karya koki di RM Dapoer Keraton Baros Cimahi. Setelah puas bersantap, pasien memaksa ingin mandi di kamar mandi tentunya agak keberatan karena takut masuk angin dan berakibat muntah seperti beberapa hari lalu. Akhirnya keinginan diluluskan dan segera menuju kamar mandi dengan mempersiapkan dulu pakain ganti biru-biru khas RSHS. Setelah mandi, wudhu dan berganti bajumemang terlihat lebih segar meskipun kehawatiran masuk angin tetap ada, menuju tempat tidur dan shalat dhuhur pun menjadi sarana mengadu sang hamba kepada Allah SWT.
  
Diriku bergegas keluar dari area RSHS,menyebrangi jalan sukajadi menuju barber shop alias tukang cukur disamping gang masuk yang lupa namanya tidak dicatat. Setelah menunggu satu kepala selesai dicukur, tiba giliranku duduk di kursi bagaikan pesakitan dan pasrah mau diapakan. Langsung dengan tangkas, handuk kecil menyangga leher ditutup oleh kain biru terang menutupiseluruh tubuh, dengan satu kalimat “cepak ABCD”, ritual bulanan segera berlangsung dan rambut hitam campur sedikit putih tercerai berai membentuk konsep cepak ABCD (ABRI Bukan Cepak Doang)... singkatan maksa yang ternyata dipahami oleh tukang cukur muda dengan anting di telinga kiri serta tatoo menyembul dilengan kanan, tetapi setelah berbincang santai berasal dari kampung Banyuresmi Kabupaten Garut Jawa Barat serta pecinta PERSIB sejati, karena setelah cukur diriku, akan segera tutup dan melesat pergi menuju stadion PERSIB tempat akan berlangsungnya pertandingan PERSIB VS PERSIPURA padahal waktu masih menunjukan jam dua siang.

Sore itu cukup ramai di ruang 406, ada keluarga Bekasi,mang Agus sekeluarga, adik ipar dan istrinya juga beberapa teman kantor yang datang untuk urusan dinas padahal di hari libur, angkat topi untuk militansi rekan-rekan, sambil tak luput mengecek kondisi pasien, pekerjaanpun dapat berjalan. Tepat pukul 17.30 wib saatnya mengecek banyaknya cairan dan ada 280cc yang keluar hari ini (sedih karena belum mencapai target yag diharapkan yakni 150cc kebawah maka alat yang menyambung dari paru-paru menuju ke sebuah kompan dengan nama beken Pleure-Evac, sampai kapan kami menunggu?), karena hampir penuh maka dilakukan pembersihan dengan suction dan menambah cairan biru dalam pleure-evac dengan aqua bidestilata, yang melibatkan tiga perawat, satu teknisi karena alat suctionnya macet serta ditutup oleh usapan lembut lap pel petugas kebersihan yang menghapus ceceran cairan paru karena berserakan di lantai meski dalam jumlah terbatas.

Setelah shalat magrib dan isya diselingi menonton indonesia mencari bakat 2 maka persiapan tidurpun dilakukan meskipun pasien masih terlihat segar bugar sambil menikmati sajian apik metro TV dalam episode ROFA (Ring Of Fire Adventure), diriku tersenyum puas setelah 2,5 hari menyelesaikan perjalanan penuh petualangan bersama Lawrence Blair dan Lorne Blair dalam buku setebal 400 halaman yang mengajak diriku berpetualangan edan di beberapa wilayah Republik Indonesia ini.

Pasein masih cerah serta menyempatkan membaca alqur’an sementara diriku menuju laptop kesayangan untuk menulis tentang hari ini.