Senin, 19 November 2012

Takut Janji


Langkah kaki terseret menjauhi kerumunan manusia yang sedang bersukacita di malam purnama yang kedua, menuju arah pulang meraih kedamaian di gubug kehidupan yang sebenar-benarnya.Sepi menyeliputi diri meski sesekali jengkerik menemani dengan jeritannya serta kodok mengolok-olok lajunya pembangunan yang juga mengerbankan orang lain.

Di tikungan dekat kolam ikan yang terbentang menganga, terasa sesuatu menanti dengan tatapan tajam penuh dendam. Langkah semakin dipercepat sembari mengendalikan jantung yang berdetak semakin kencang dan tidak beraturan, sementara mata nanar menghadapi kenyataan yang jauh dari harapan.

Tapi takkdir berkehendak lain, sesuatu yang ditakuti telah menanti menjemput janji yang terucap meski tanpa hati nurani. Mengulurkan belalai kelicikannya menjilat punggung tanganku dan memperlihatkan seringai gigi gigi tajam yang siap merobek isi perutku dengan sekali serangan saja.

Terpaksa malam itu kubunuh malu ku dan kubayar cicilan utangku pada rentenir kesayanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar